Cacar Air Neonatal: Ancaman Serius Bagi Bayi Baru Lahir

Sri Wulandari

Cacar air (varisela) merupakan penyakit yang umumnya ringan pada anak-anak. Namun, ketika bayi baru lahir terinfeksi, kondisi ini bisa berubah menjadi sangat serius dan bahkan mengancam jiwa, dikenal sebagai cacar air neonatal. Infeksi ini jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan cacar air pada anak yang lebih besar atau orang dewasa, karena sistem kekebalan tubuh bayi yang belum berkembang sempurna. Artikel ini akan membahas secara detail tentang cacar air neonatal, mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, hingga perawatan dan pencegahannya.

Penyebab Cacar Air Neonatal

Cacar air neonatal disebabkan oleh virus varicella-zoster (VZV), virus yang sama yang menyebabkan cacar air pada kelompok umur lainnya. Bayi baru lahir dapat terinfeksi melalui dua jalur utama:

  • Transmisi Kongenital: Ini terjadi ketika ibu menderita cacar air primer (infeksi pertama) selama kehamilan, khususnya pada trimester pertama atau kedua. Virus dapat melewati plasenta dan menginfeksi janin, menyebabkan cacar air kongenital. Bayi yang terinfeksi secara kongenital biasanya menunjukkan gejala yang parah, termasuk kelainan bawaan seperti kerusakan otak, kelainan mata, dan cacat anggota badan. Infeksi ini jarang terjadi, tetapi dapat memiliki konsekuensi yang sangat serius. Jika ibu menderita cacar air dalam waktu 5 hari sebelum persalinan atau 2 hari setelah persalinan, bayi dapat terinfeksi saat melewati jalan lahir.

  • Transmisi Perinatal/Postnatal: Ini adalah cara penularan yang lebih umum. Bayi dapat terinfeksi setelah lahir melalui kontak langsung dengan orang yang menderita cacar air, termasuk anggota keluarga, petugas kesehatan, atau pengunjung. Bayi baru lahir sangat rentan karena sistem kekebalan tubuh mereka belum sepenuhnya berkembang, membuat mereka tidak mampu melawan virus secara efektif. Mereka juga mungkin memiliki antibodi pasif yang rendah dari ibu mereka, tergantung pada riwayat imunisasi ibu. Kontak dekat dengan individu yang terinfeksi, termasuk menghirup tetesan pernapasan, merupakan risiko utama penularan.

Gejala Cacar Air Neonatal

Gejala cacar air neonatal dapat bervariasi dalam keparahannya, mulai dari ringan hingga berat dan mengancam jiwa. Berbeda dengan cacar air pada anak yang lebih besar, yang mungkin hanya menunjukkan ruam ringan, bayi baru lahir dapat mengalami komplikasi yang serius. Gejala dapat muncul antara 5-21 hari setelah terpapar virus, dan seringkali lebih parah dibandingkan dengan kasus pada anak yang lebih tua. Beberapa gejala yang mungkin muncul meliputi:

  • Ruam: Ini adalah gejala yang paling umum, ditandai dengan munculnya lesi vesikuler (melepuh) yang khas pada kulit kepala, wajah, badan, dan anggota tubuh. Lesi ini dapat berkembang menjadi bisul yang nyeri dan gatal. Pada kasus yang parah, lesi dapat meluas dan bergabung, menyebabkan infeksi kulit yang luas.

  • Demam: Demam tinggi sering terjadi pada bayi baru lahir yang terinfeksi cacar air, dan merupakan indikator penting dari keparahan infeksi.

  • Kelemahan dan Lesu: Bayi mungkin terlihat lesu, tidak mau menyusu, dan mengalami penurunan berat badan.

  • Pneumonia: Infeksi paru-paru (pneumonia) merupakan komplikasi serius yang sering terjadi pada bayi baru lahir dengan cacar air, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan sesak napas.

  • Ensefalitis: Peradangan otak (ensefalitis) merupakan komplikasi langka tetapi sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak permanen, dan bahkan kematian.

  • Sepsis: Infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh (sepsis) merupakan komplikasi serius lainnya yang dapat mengancam jiwa.

  • Hepatitis: Peradangan hati (hepatitis) juga merupakan kemungkinan komplikasi.

Diagnosis Cacar Air Neonatal

Diagnosis cacar air neonatal biasanya dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik dan riwayat penyakit. Dokter akan mengamati ruam karakteristik dan menanyakan riwayat paparan virus varicella-zoster. Meskipun jarang, tes laboratorium seperti kultur virus atau tes PCR (Polymerase Chain Reaction) dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi diagnosis dan mengesampingkan infeksi virus lainnya. Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan untuk menilai keparahan infeksi dan mendeteksi adanya komplikasi. Pencitraan medis seperti rontgen dada mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kemungkinan pneumonia.

Perawatan Cacar Air Neonatal

Perawatan cacar air neonatal berfokus pada perawatan suportif dan pengobatan komplikasi. Karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap komplikasi serius, perawatan intensif di rumah sakit seringkali diperlukan. Perawatan tersebut meliputi:

  • Antiviral: Obat antivirus seperti asiklovir dapat diberikan untuk mengurangi keparahan infeksi dan mencegah komplikasi. Penggunaan asiklovir harus dipertimbangkan pada bayi baru lahir dengan cacar air berat atau berisiko komplikasi.

  • Perawatan Suportif: Ini meliputi pemberian cairan intravena untuk mencegah dehidrasi, perawatan luka untuk mencegah infeksi sekunder, dan manajemen demam. Penggunaan analgetik dan antipiretik harus dipertimbangkan dengan hati-hati pada bayi baru lahir.

  • Dukungan Pernapasan: Jika terjadi pneumonia, bayi mungkin memerlukan dukungan pernapasan, termasuk oksigen tambahan atau ventilasi mekanis.

  • Perawatan Intensif: Bayi dengan komplikasi serius seperti ensefalitis atau sepsis mungkin memerlukan perawatan intensif di unit perawatan intensif neonatal (NICU).

Pencegahan Cacar Air Neonatal

Pencegahan cacar air neonatal sangat penting untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasi serius. Strategi pencegahan meliputi:

  • Imunisasi Ibu: Wanita yang merencanakan kehamilan harus memastikan mereka memiliki kekebalan terhadap virus varicella-zoster. Tes antibodi dapat dilakukan untuk menilai tingkat kekebalan. Jika ibu tidak memiliki kekebalan, imunisasi dengan vaksin varicella direkomendasikan sebelum kehamilan. Namun, vaksinasi tidak boleh dilakukan selama kehamilan karena potensi risiko terhadap janin.

  • Vaksinasi Setelah Melahirkan: Bayi yang terpapar virus varicella dapat diberikan imunoglobulin varicella-zoster (VZIG) dalam waktu 96 jam setelah terpapar untuk mengurangi risiko infeksi atau keparahan penyakit.

  • Karantina: Jika ada anggota keluarga yang mengalami cacar air, mereka harus dikarantina untuk mencegah penularan ke bayi baru lahir.

  • Higenitas: Praktik higiene yang baik, seperti mencuci tangan secara teratur, sangat penting untuk mencegah penyebaran virus.

  • Penggunaan Masker: Penggunaan masker oleh orang-orang yang berinteraksi dengan bayi baru lahir sangat disarankan.

Komplikasi Cacar Air Neonatal

Komplikasi cacar air neonatal dapat serius dan mengancam jiwa. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:

  • Infeksi Bakterial Sekunder: Infeksi bakteri sekunder pada kulit dapat terjadi karena garukan pada lesi yang gatal.

  • Pneumonia: Pneumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi dan dapat menyebabkan gagal napas.

  • Ensefalitis: Ensefalitis merupakan komplikasi langka tetapi serius yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen atau kematian.

  • Sepsis: Sepsis merupakan infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan kegagalan organ.

  • Dehidrasi: Dehidrasi dapat terjadi akibat demam tinggi dan penurunan asupan cairan.

  • Sindrom Hemofagosit: Sindrom ini merupakan gangguan langka yang melibatkan aktivasi sistem imun yang berlebihan, yang dapat menyebabkan kerusakan organ.

Penting untuk diingat bahwa cacar air neonatal adalah kondisi yang serius yang membutuhkan perawatan medis segera. Jika Anda mencurigai bayi Anda menderita cacar air, segera hubungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat. Pencegahan melalui imunisasi dan praktik higiene yang baik sangat penting untuk melindungi bayi baru lahir dari infeksi ini.

Also Read

Bagikan:

Tags