Alergi Susu Formula pada Bayi Baru Lahir: Gejala, Diagnosis, dan Penanganan

Retno Susanti

Alergi susu formula merupakan reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap protein dalam susu formula bayi. Kondisi ini cukup umum terjadi dan dapat menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu kenyamanan dan kesehatan bayi. Meskipun istilah "alergi" dan "intoleransi" sering digunakan secara bergantian, keduanya berbeda. Intoleransi laktosa, misalnya, melibatkan kesulitan mencerna laktosa (gula susu), sementara alergi susu formula merupakan reaksi imun terhadap protein susu sapi. Memahami perbedaan ini penting dalam menentukan pengobatan yang tepat. Artikel ini akan membahas secara detail berbagai aspek alergi susu formula pada bayi baru lahir, mulai dari gejala hingga pilihan pengobatan.

Gejala Alergi Susu Formula pada Bayi

Gejala alergi susu formula dapat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa bayi mungkin menunjukkan reaksi segera setelah mengonsumsi susu formula, sementara yang lain mungkin menunjukkan gejala beberapa hari setelahnya. Penting untuk diingat bahwa tidak semua gejala menunjukkan alergi; beberapa bisa jadi merupakan masalah pencernaan lainnya. Konsultasikan selalu dengan dokter untuk diagnosis yang akurat.

Gejala Gastrointestinal: Ini merupakan gejala yang paling umum, termasuk:

  • Diare: Tinja yang encer, berair, dan seringkali berlendir atau berdarah.
  • Muntah: Muntah dapat berkisar dari muntah ringan hingga muntah proyektil yang hebat.
  • Kram perut: Bayi mungkin tampak rewel, menarik kaki ke perut, dan menangis terus menerus karena rasa sakit.
  • Sembelit: Paradoksnya, beberapa bayi mengalami sembelit sebagai reaksi terhadap susu formula.
  • Refluks gastroesofageal (GER): Meskipun GER sering terjadi pada bayi, keparahan yang meningkat dapat menjadi indikasi alergi susu formula.

Gejala Kulit: Reaksi alergi juga dapat terlihat pada kulit bayi:

  • Eksim (Dermatitis atopik): Rasa gatal yang intens, kulit kering, bersisik, dan ruam merah yang mungkin muncul di wajah, kulit kepala, dan lipatan tubuh.
  • Urtikaria (Biduran): Munculnya benjolan merah dan gatal pada kulit.
  • Edema: Pemengkakan, terutama di sekitar mata dan wajah.

Gejala Sistemik: Dalam kasus yang lebih parah, alergi susu formula dapat menyebabkan gejala sistemik:

  • Reaksi anafilaksis: Reaksi yang mengancam jiwa, ditandai dengan kesulitan bernapas, pembengkakan tenggorokan, penurunan tekanan darah, dan syok. Ini merupakan situasi darurat medis yang membutuhkan perawatan segera.
  • Rasa gelisah dan mudah tersinggung: Bayi mungkin lebih rewel, menangis lebih sering, dan sulit untuk ditenangkan.
  • Gangguan pertumbuhan: Alergi yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati dapat mengganggu penyerapan nutrisi, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Diagnosis Alergi Susu Formula

Diagnosis alergi susu formula melibatkan evaluasi menyeluruh oleh dokter anak. Dokter akan menanyakan riwayat kesehatan bayi, termasuk gejala yang dialami, riwayat keluarga alergi, dan jenis susu formula yang dikonsumsi. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan untuk menilai kondisi umum bayi dan memeriksa tanda-tanda alergi pada kulit.

Tes yang mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosis termasuk:

  • Eliminasi diet: Metode ini melibatkan penghentian pemberian susu formula yang dicurigai sebagai penyebab alergi dan penggantiannya dengan susu formula hidrolisat atau formula berbasis kedelai (setelah berkonsultasi dengan dokter). Jika gejala membaik, ini menunjukkan bahwa susu formula memang penyebab alergi.
  • Tes tusuk kulit (skin prick test): Tes ini melibatkan penusukan kecil pada kulit dengan berbagai ekstrak protein susu sapi untuk memeriksa reaksi alergi. Tes ini tidak selalu akurat untuk alergi susu formula pada bayi.
  • Tes darah: Tes darah dapat mengukur kadar imunoglobulin E (IgE) spesifik untuk protein susu sapi. Tingkat IgE yang tinggi dapat menunjukkan alergi, tetapi tidak selalu konklusif.
  • Studi pencernaan atas: Dalam kasus yang jarang terjadi, dokter mungkin merekomendasikan studi pencernaan atas untuk mengevaluasi fungsi saluran pencernaan bayi.

Pengobatan Alergi Susu Formula

Pengobatan utama untuk alergi susu formula adalah menghindari paparan terhadap protein susu sapi. Ini berarti mengganti susu formula biasa dengan alternatif yang sesuai. Pilihan pengobatan akan bergantung pada tingkat keparahan alergi dan toleransi bayi terhadap berbagai jenis formula.

Alternatif Susu Formula:

  • Susu formula hidrolisat: Susu formula ini mengandung protein susu sapi yang telah dipecah menjadi potongan-potongan kecil, sehingga mengurangi kemungkinan reaksi alergi. Tersedia dalam berbagai tingkat hidrolisis, dari hidrolisat sebagian hingga hidrolisat ekstensif, yang terakhir direkomendasikan untuk alergi yang lebih berat.
  • Susu formula berbasis kedelai: Susu formula ini terbuat dari kedelai dan bebas protein susu sapi. Namun, perlu diperhatikan bahwa beberapa bayi mungkin juga alergi terhadap kedelai.
  • Susu formula amino acid-based: Formula ini merupakan pilihan untuk bayi dengan alergi susu sapi yang parah. Protein dalam formula ini dipecah menjadi asam amino individual, sehingga risiko alergi sangat minimal.
  • Susu ibu: Susu ibu merupakan pilihan terbaik untuk bayi dengan alergi susu formula, jika memungkinkan. Susu ibu mengandung protein yang lebih mudah dicerna dan memiliki sifat anti alergi.

Pengobatan Pendukung:

Selain menghindari protein susu sapi, pengobatan pendukung mungkin diperlukan untuk mengendalikan gejala. Ini dapat mencakup:

  • Antihistamin: Untuk mengurangi gejala seperti gatal dan ruam.
  • Kortikosteroid: Untuk kasus yang lebih parah, kortikosteroid topikal atau oral dapat diresepkan untuk mengendalikan peradangan.
  • Probiotik: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik dapat membantu memperbaiki keseimbangan bakteri usus dan mengurangi gejala alergi.

Komplikasi Alergi Susu Formula yang Tidak Terdiagnosis

Jika alergi susu formula tidak terdiagnosis dan tidak diobati, beberapa komplikasi dapat terjadi, termasuk:

  • Malnutrisi: Kegagalan untuk menyerap nutrisi yang cukup dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat dan masalah perkembangan.
  • Anemia: Kehilangan darah melalui diare dapat menyebabkan anemia.
  • Esofagitis eosinofilik: Peradangan kronis pada kerongkongan.
  • Enterokolitis eosinofilik: Peradangan pada usus kecil dan besar.
  • Reaksi anafilaksis: Reaksi alergi yang mengancam jiwa.

Pencegahan Alergi Susu Formula

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah alergi susu formula, beberapa langkah dapat membantu mengurangi risiko:

  • Menyusui: Menyusui selama beberapa bulan pertama kehidupan bayi dapat mengurangi risiko alergi susu formula.
  • Pengenalan makanan padat: Pengenalan makanan padat secara bertahap dan tepat waktu dapat membantu melatih sistem kekebalan tubuh bayi. Namun, hal ini harus dilakukan sesuai dengan anjuran dokter.
  • Menggunakan formula yang tepat: Memilih formula yang sesuai dengan kebutuhan dan toleransi bayi penting untuk menghindari reaksi alergi.

Perbedaan Alergi Susu Sapi dan Intoleransi Laktosa

Sangat penting untuk membedakan antara alergi susu sapi dan intoleransi laktosa. Alergi susu sapi merupakan reaksi sistem imun terhadap protein susu sapi, sementara intoleransi laktosa merupakan ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa, gula susu. Gejala intoleransi laktosa terutama melibatkan masalah pencernaan seperti kembung, gas, dan diare, sementara alergi susu sapi dapat menyebabkan berbagai gejala yang lebih luas, termasuk masalah kulit dan pernapasan. Diagnosis yang tepat sangat penting untuk pengobatan yang efektif.

Also Read

Bagikan:

Tags