Aqiqah merupakan sunnah muakkadah dalam Islam, yang memiliki kedudukan penting bagi seorang bayi yang baru lahir. Hukumnya sunnah, namun sangat dianjurkan untuk dilaksanakan oleh orang tua. Pelaksanaan aqiqah meliputi penyembelihan hewan kurban dan diiringi dengan doa dan syukur kepada Allah SWT atas kelahiran sang buah hati. Salah satu pertanyaan yang sering muncul seputar aqiqah adalah mengenai waktu pelaksanaannya. Artikel ini akan membahas secara detail tentang pelaksanaan aqiqah, khususnya mengenai hari ke berapa aqiqah sebaiknya dilakukan, serta berbagai aspek penting yang terkait.
1. Hari Ke-Tujuh: Waktu Terbaik untuk Melaksanakan Aqiqah
Pendapat yang paling populer dan banyak diikuti oleh para ulama adalah melaksanakan aqiqah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Hal ini bersesuaian dengan banyak hadits yang menjelaskan tentang waktu pelaksanaan aqiqah. Namun, perlu diingat bahwa hadits-hadits tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan hukuman bagi yang melaksanakannya di luar hari ketujuh. Yang ditekankan adalah anjuran untuk melaksanakannya pada hari ketujuh, selaras dengan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Beberapa dalil yang mendukung pelaksanaan aqiqah pada hari ketujuh antara lain:
-
Hadits Ibnu Abbas: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra., ia berkata bahwa Nabi SAW bersabda, “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, yang disembelih untuknya pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur kepalanya.” (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah). Hadits ini menunjukkan anjuran yang kuat untuk melaksanakan aqiqah pada hari ketujuh.
-
Hadits lain yang semakna: Ada beberapa hadits lain yang menyebutkan tentang aqiqah pada hari ketujuh, meskipun redaksi dan perawinya sedikit berbeda. Semua hadits tersebut mengarahkan pada anjuran pelaksanaan aqiqah pada hari ketujuh. Namun, perlu diingat bahwa perbedaan sanad dan redaksi dalam hadits-hadits tersebut perlu dikaji secara mendalam oleh para ahli hadits untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif.
Keterbatasan dalam hadits-hadits tersebut tidak boleh diinterpretasikan sebagai larangan untuk melakukan aqiqah di luar hari ketujuh. Yang penting adalah niat yang tulus dan melaksanakan ibadah ini dengan sebaik-baiknya.
2. Jika Melewati Hari Ketujuh: Tetap Dianjurkan untuk Melaksanakan Aqiqah
Meskipun hari ketujuh merupakan waktu yang paling dianjurkan, bukan berarti aqiqah tidak bisa dilaksanakan jika melewati hari tersebut. Banyak ulama berpendapat bahwa aqiqah tetap dianjurkan untuk dilakukan meskipun setelah hari ketujuh, bahkan hingga bayi tumbuh dewasa. Tidak ada batasan waktu tertentu untuk melaksanakan aqiqah, selama niat dan kemampuan masih ada.
Pendapat ini didasarkan pada prinsip bahwa aqiqah merupakan ibadah yang dianjurkan, dan tidak ada hukuman bagi yang meninggalkannya. Yang terpenting adalah niat dan kesungguhan dalam melaksanakannya. Namun, tetap disarankan untuk melaksanakannya sesegera mungkin setelah hari ketujuh, sebelum bayi mencapai usia tertentu.
Beberapa ulama bahkan memperbolehkan aqiqah dilakukan kapan saja selama anak masih hidup, dengan alasan bahwa aqiqah adalah bentuk rasa syukur atas kelahiran anak. Semakin cepat dilakukan, maka semakin baik.
3. Alasan-Alasan Pelaksanaan Aqiqah Pada Hari Ketujuh
Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh para ulama mengapa hari ketujuh dipilih sebagai waktu yang paling utama untuk melaksanakan aqiqah:
-
Kesesuaian dengan Sunnah Nabi: Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pelaksanaan aqiqah pada hari ketujuh mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW. Mengikuti sunnah merupakan bentuk ketaatan dan kecintaan kepada Rasulullah.
-
Simbol Penghapusan Dosa: Beberapa ulama berpendapat bahwa aqiqah pada hari ketujuh melambangkan penghapusan dosa-dosa bayi sejak lahir. Ini merupakan bentuk doa dan harapan agar bayi tersebut tumbuh menjadi anak yang saleh dan berbakti.
-
Waktu yang Tepat: Hari ketujuh setelah kelahiran bayi biasanya merupakan waktu di mana kondisi ibu dan bayi sudah relatif stabil, sehingga pelaksanaan aqiqah bisa dilakukan dengan lebih nyaman.
-
Tradisi Masyarakat: Pelaksanaan aqiqah pada hari ketujuh juga sudah menjadi tradisi di banyak kalangan masyarakat muslim, sehingga mempermudah pelaksanaan dan keakraban dalam perayaan tersebut.
4. Hewan Kurban untuk Aqiqah: Kambing, Domba, atau Sapi?
Jenis hewan yang disembelih untuk aqiqah berbeda antara bayi laki-laki dan perempuan. Untuk bayi laki-laki, disembelih dua ekor kambing atau domba, sedangkan untuk bayi perempuan satu ekor kambing atau domba. Jika mampu, bisa juga disembelih satu ekor sapi atau unta untuk aqiqah, baik untuk bayi laki-laki maupun perempuan. Hal ini didasarkan pada kemampuan orang tua. Yang terpenting adalah niat dan kesungguhan dalam melaksanakan aqiqah.
Syarat hewan qurban untuk aqiqah sama dengan syarat hewan qurban untuk Idul Adha, yaitu sehat, tidak cacat, dan memenuhi kriteria usia yang telah ditentukan. Hewan tersebut harus disembelih sesuai dengan syariat Islam, dengan membaca basmalah dan doa.
5. Tata Cara Pelaksanaan Aqiqah: Lebih dari Sekedar Penyembelihan
Aqiqah bukan hanya sekedar penyembelihan hewan. Prosesnya meliputi beberapa hal penting, seperti:
-
Niat: Membaca niat sebelum penyembelihan hewan, sebagai wujud keikhlasan dan ketaatan kepada Allah SWT.
-
Pemilihan Hewan: Memilih hewan yang sehat, tidak cacat, dan memenuhi syarat syariat.
-
Penyembelihan: Hewan disembelih oleh orang yang ahli dan terampil. Penyembelihan harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam.
-
Pembagian Daging: Daging aqiqah dibagikan kepada sanak saudara, tetangga, dan fakir miskin. Sebagian daging bisa juga dimakan oleh keluarga sebagai bentuk syukur.
-
Doa: Membaca doa setelah penyembelihan hewan, memohon keberkahan dan kebaikan bagi bayi yang baru lahir.
-
Menamai Bayi: Memberi nama yang baik dan bermakna bagi bayi, sesuai dengan ajaran Islam.
6. Pertimbangan Praktis dalam Melaksanakan Aqiqah
Meskipun hari ketujuh adalah waktu yang paling utama, orang tua perlu mempertimbangkan beberapa hal praktis dalam merencanakan aqiqah, seperti:
-
Kondisi Kesehatan Ibu dan Bayi: Jika kondisi ibu atau bayi belum memungkinkan, aqiqah bisa ditunda hingga kondisi mereka membaik.
-
Kesiapan Finansial: Aqiqah membutuhkan biaya untuk membeli hewan kurban dan keperluan lainnya. Orang tua perlu mempersiapkan hal ini dengan baik.
-
Ketersediaan Waktu dan Tenaga: Pelaksanaan aqiqah memerlukan persiapan dan waktu yang cukup. Orang tua perlu merencanakan hal ini dengan matang.
-
Keterbatasan Kondisi: Jika ada kendala tertentu, misalnya di daerah terpencil dan sulit mendapatkan hewan kurban, maka aqiqah dapat ditunda atau diganti dengan cara lain yang sesuai syariat. Yang penting adalah niat dan kesungguhan untuk melaksanakannya. Konsultasi dengan ulama setempat sangat disarankan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Semoga penjelasan di atas memberikan pemahaman yang lebih detail tentang pelaksanaan aqiqah, khususnya mengenai waktu yang dianjurkan. Ingatlah bahwa yang paling penting adalah niat tulus dan kesungguhan dalam melaksanakan ibadah ini. Konsultasi dengan ulama atau tokoh agama setempat sangat dianjurkan untuk mendapatkan bimbingan yang lebih komprehensif.