Frekuensi Menyusui Bayi Baru Lahir: Panduan Lengkap

Retno Susanti

Memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif kepada bayi baru lahir adalah langkah penting untuk pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal. Namun, pertanyaan yang sering muncul di benak para orang tua baru adalah seberapa sering bayi harus disusui? Tidak ada jawaban yang "patokan" yang berlaku untuk semua bayi, karena kebutuhan setiap bayi berbeda-beda. Frekuensi menyusui dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk berat badan bayi, usia kehamilan saat lahir, kemampuan bayi untuk menyusu efektif, dan persediaan ASI ibu. Artikel ini akan membahas secara detail tentang frekuensi menyusui yang ideal untuk bayi baru lahir, serta tanda-tanda bayi cukup ASI dan kapan harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

1. Menyusui Bayi Baru Lahir: On-Demand vs. Jadwal Tertentu

Para ahli kesehatan merekomendasikan pendekatan "on-demand" atau "sesuai permintaan" untuk menyusui bayi baru lahir. Ini berarti menyusui bayi setiap kali ia menunjukkan tanda-tanda lapar. Bayi yang baru lahir belum memiliki kemampuan untuk mengatur asupan makannya secara mandiri seperti bayi yang lebih besar. Mereka membutuhkan frekuensi menyusui yang lebih sering untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan tubuhnya. Alih-alih mengikuti jadwal yang kaku, perhatikan isyarat yang diberikan bayi, seperti:

  • Mengisap jari atau tangan: Gerakan mengisap ini merupakan refleks alami dan menunjukkan keinginan bayi untuk menyusu.
  • Membuka dan menutup mulut: Bayi mungkin akan menggerakkan mulutnya seakan-akan mencari puting susu.
  • Mencari-cari dengan kepala: Bayi akan menggerakkan kepalanya ke arah payudara ibu seakan mencari sumber makanan.
  • Menggeliat atau merengek: Ini merupakan tanda awal lapar, sebelum bayi menangis keras.
  • Menangis keras: Menangis keras merupakan tanda bayi sudah sangat lapar dan mungkin sudah mengalami stres karena merasa tidak nyaman. Menunggu sampai bayi menangis keras baru disusui bukan cara yang ideal.

Menunggu hingga bayi menangis keras sebelum menyusui dapat menyebabkan bayi menjadi terlalu lelah dan sulit untuk melekat dengan baik pada payudara. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan tanda-tanda awal lapar dan menyusui bayi sebelum ia menangis keras.

2. Frekuensi Menyusui: Kisaran Normal dan Faktor yang Mempengaruhi

Meskipun pendekatan "on-demand" dianjurkan, ada kisaran frekuensi menyusui yang umum terjadi pada bayi baru lahir. Mayoritas bayi baru lahir akan menyusu 8-12 kali atau lebih dalam 24 jam. Ini dapat berarti menyusui setiap 2-3 jam, atau bahkan lebih sering, terutama di minggu-minggu awal kehidupan. Namun, beberapa bayi mungkin hanya perlu menyusu setiap 4 jam, sementara yang lain mungkin lebih sering lagi.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi menyusui termasuk:

  • Berat badan lahir: Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) mungkin membutuhkan frekuensi menyusui yang lebih sering karena mereka membutuhkan lebih banyak kalori untuk meningkatkan berat badan.
  • Usia kehamilan: Bayi prematur mungkin juga membutuhkan frekuensi menyusui yang lebih sering daripada bayi cukup bulan.
  • Kemampuan menyusu: Bayi yang kesulitan untuk melekat pada payudara atau yang memiliki masalah medis tertentu mungkin perlu disusui lebih sering untuk memastikan asupan nutrisi yang cukup.
  • Produksi ASI: Jika produksi ASI ibu sedikit, bayi mungkin perlu menyusu lebih sering untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.
  • Jenis ASI: ASI depan (foremilk) lebih encer dan kaya akan air, sedangkan ASI belakang (hindmilk) lebih kental dan kaya akan lemak. Bayi mungkin butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan ASI belakang yang lebih mengenyangkan.

3. Durasi Menyusui: Bukan Hanya Soal Frekuensi

Selain frekuensi, durasi menyusui juga penting. Tidak ada durasi yang baku, tetapi idealnya, bayi harus disusui pada satu payudara sampai ia selesai menyusu, kemudian baru berganti ke payudara lainnya. Beberapa bayi mungkin hanya menyusu selama 10-15 menit per payudara, sementara yang lain mungkin membutuhkan waktu 30 menit atau lebih. Biarkan bayi menentukan sendiri lamanya waktu menyusu. Jangan memaksa bayi untuk lepas dari payudara jika ia masih ingin menyusu.

Menentukan durasi menyusu dengan melihat frekuensi buang air besar dan kecil bayi juga perlu diperhatikan. Bayi yang cukup ASI akan buang air kecil sekitar 6-8 kali sehari dan buang air besar minimal 3 kali sehari di minggu pertama setelah lahir.

4. Tanda-tanda Bayi Cukup ASI

Meskipun tidak ada angka pasti untuk mengukur jumlah ASI yang cukup, ada beberapa tanda yang menunjukkan bayi mendapatkan ASI yang cukup:

  • Berat badan naik: Bayi yang mendapatkan ASI yang cukup akan mengalami kenaikan berat badan yang sehat. Dokter atau bidan akan memantau berat badan bayi secara teratur.
  • Buang air kecil dan besar yang teratur: Seperti yang telah disebutkan, frekuensi buang air kecil dan besar merupakan indikator penting asupan cairan dan nutrisi yang cukup.
  • Tanda-tanda vital yang stabil: Detak jantung, suhu tubuh, dan pernapasan bayi yang stabil menunjukkan kondisi kesehatan yang baik.
  • Kulit kenyal: Kulit yang kenyal menunjukkan tingkat hidrasi yang baik.
  • Bayi tampak tenang dan puas setelah menyusu: Bayi yang kenyang biasanya tampak tenang dan puas, bukan gelisah dan rewel.

5. Kapan Harus Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan?

Meskipun pendekatan "on-demand" dianjurkan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan jika Anda memiliki kekhawatiran tentang frekuensi menyusui atau pola makan bayi Anda. Segera cari bantuan medis jika:

  • Bayi Anda tidak menunjukkan tanda-tanda kenaikan berat badan yang sehat.
  • Bayi Anda buang air kecil kurang dari 6 kali sehari.
  • Bayi Anda menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, seperti kulit kering, mata cekung, atau menangis tanpa air mata.
  • Bayi Anda sangat lesu dan tidak aktif.
  • Anda memiliki kekhawatiran tentang produksi ASI Anda.
  • Anda mengalami kesulitan dalam menyusui, seperti puting susu lecet atau bayi kesulitan untuk melekat pada payudara.

Konsultasi dengan tenaga kesehatan akan membantu Anda menentukan apakah bayi Anda mendapatkan ASI yang cukup dan membantu mengatasi masalah yang mungkin terjadi.

6. Dukungan untuk Ibu Menyusui

Menyusui adalah perjalanan yang menantang, tetapi juga sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi. Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan tenaga kesehatan sangat penting. Jangan ragu untuk meminta bantuan jika Anda merasa kesulitan. Ada banyak sumber daya yang tersedia, seperti konselor laktasi, kelompok dukungan ibu menyusui, dan organisasi kesehatan masyarakat yang dapat memberikan informasi, bimbingan, dan dukungan. Ingatlah bahwa Anda tidak sendiri, dan banyak orang yang bersedia membantu Anda dalam perjalanan menyusui ini. Percaya pada naluri Anda sebagai seorang ibu dan jangan ragu untuk mencari bantuan jika dibutuhkan.

Also Read

Bagikan:

Tags